3 hari yang lalu teman-teman ku menyakan dua pertanyaan serupa dalam waktu yang berbeda.Pertama yang mereka tanyakan adalah kemana saja aku selama 3 minggu ini nggak ke kampus? Pertanyaan kedua entar kalo wisuda pake baju apa? dandanan ku kayak mana?
Kurang lebih sudah 3 minggu aku tidak nampang muka di kampus, selain karena bahan kuliah sudah habis jadi tinggal nunggu UAS ja. Juga karena aku nggak betah lama-lama di kampus itu. Kenapa? kayaknya nggak perlu dijelaskan pada sesi ini deh! Dan mengenai pertanyaan kedua. Respon pertama yang aku tunjukan ke mereka adalah senyum-senyum ja tanpa berkata apa-apa. Mereka tahu jenis pakaian apa yang biasa aku gunakan. Mereka tahu aku tidak pernah pakai celana (kecuali dalam perkuliahan dan praktek), tidak pernah pakai baju ketat dan transparan serta jilbab ku selalu menjulur panjang ke bawah. Sangat berbeda dengan pakaian yang biasa mereka kenakan. Makanya mereka bertanya mengenai pakaian apa yang akan aku kenakan saat wisuda. Secara kakak-kakak senior ku memakai kebaya yang super ketat, seksi, and so pasti ribet amat kalau dibawa untuk berjalan apalagi dibawa lari. BENER nggak? Soal dandanan mereka menyindir dengan mengatakan ” pasti Nophe nggak ber make-up”. Jelas saja mereka mengatakan itu karena diantara semua temen satu angkatan hanya aku yang nggak pernah pake pelembab bibir, eye shadow, apalagi lipstik. Jangankan aksesoris muka itu aku pake’, lha bedak dan hand and body ja jarang aku pake’. kalo lagi mood atau lagi nggak terburu-buru ja baru pake’ itu. Lumayan kan bisa menghemat untuk jangka waktu yang lebih lama :p
Aku jadi ingat dengan kata-kata dari seorang kakak yang juga teman satu liqo’ku, beliau mengatakan bahwa ada dua kondisi dimana banyak akhwat yang ”jatuh” pertama saat mereka diwisuda dan saat mereka menikah. Jatuh di sini maksudnya terperangkap antara mengikuti dandanan sesuai syariat ato dandanan sesuai syarat (syarat : ya harus cantik, harus tebal, harus beda, harus.....) dan kebanyakan ya dandan sesuai syarat. Terpaksa mengikuti kehendak orang tua, terpaksa mengikuti temen-temen karena takut dibilang udik, pucat, ato jelek ma yang lain, serta beragam alasan lain yang muncul.