Selasa, Februari 10, 2009

Jadi Perawat Jiwa Yuk!

Kesan pertama melihat RSJ Tampan Pekanbaru adalah RSJ yang asri dengan hijau nya halaman Rumah sakit. Sempet terfikir bisa nggak bertahan dinas di RSJ ini? Bagaimana bisa harus bergaul dengan orang-orang yang tidak bisa berfikir normal 100 %.


Aku dinas selama 3 minggu dari tanggal 2 Feb '09 mpe 21 Feb'09. Minggu pertama diisi dengan perkuliahan di ruang pertemuan RSJ. Dengan pemateri yang kompeten di bidangnya. Kuliah dimulai dari jam 08.00-14.00 WIB. Banyak ilmu yang aku dapatkan dari seminggu kuliah tsb, yang hingga pada akhirnya aku pun memutuskan untuk menjadi PERAWAT JIWA. Sempet aku binggung akan kemana aku setelah lulus kuliah? karena terus-terang aku tidak minat menjadi seorang perawat di RS biasa.


Seminggu kuliah pun sudah dijalani, akhirnya implementasi ke pasien juga. Dag-dig-dug perasaan nggak karuan. masuk ke ruangan "aroma therapy" tercium dari sel-sel pasien. bau amis, busuk, pesing dll tercium. Membuat aku susah untuk menelan air ludah. Sebau-bau nya gangren atau luka combustio yang pernah aku cium masih bisa aku tahan. Tapi mencium bau yang datang dari badan dan sel-sel mereka membuat aku nggak nafsu makan (untuk sesaat).


Aku punya pasien kelolaan. Namanya Tn. F umurnya 42 tahun dengan diagnosa resiko halusinasi dan resiko perilaku kekerasan. Hari pertama berkenalan dengan beliau. Memang agak susah, karena aku belum tahu sebab musabab dia ke RSJ ini. Aku perkenalkan diri tidak lupa berjabat tangan dengan beliau. Alhamdulillah, hingga hari ini dia begitu merespon apa yang aku ucapkan. Lucu memang mengajarkan pasien-pasien dengan gangguan jiwa seperti mengajari seorang balita. Bedanya klo pasien gg. jiwa kita harus berhati-hati karena bisa tiba-tiba dia melakukan tindakan kekerasan pada kita.


Aku ingat kalimat salah satu pemateri kuliah lapangan bu Zaibah namanya. Beliau berkata bahwa ketertarikan nya dia bekerja sebagai perawat jiwa adalah dengan melihat pasien gg.jiwa menjadi ladang introspeksi diri. Aku pun membuktikan apa yang diucapkan oleh beliau.
Begitu tinggi kepedulian di antara mereka, mereka sopan pada orang lain (pada pasien yg sudah kooperatif).



Pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Bagi ku dinas di RSJ merupakan salah satu obat jiwa bagi ku. Walau suntuk karena tidak boleh kemana-mana di Pekanbaru ini, tapi setelah bertemu dengan mereka stres ku hilang. tidak pernah hilang ketawa dari bibir ini. Boleh lah lama-lama di RSJ biar awet muda :D he...he....